04
Sat, May

Gawai dan Kemampuan Bicara pada Anak

Foto: Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Gawai berpengaruh negatif pada perkembangan bicara anak. Mari kita mencegah keterlambatan bicara pada anak dengan pengunaan gawai secara tepat oleh anak. Apa yang perlu dicermati?

Keterampilan berbicara dan berinteraksi sosial adalah hal yang sangat penting pada perkembangan anak. Hal ini karena dengan berinteraksi sosial dua arah, anak belajar dua hal, yaitu recasting dan expansion.

Recasting artinya si anak belajar mengucapkan sesuatu dengan mengulang apa yang lawan bicaranya ucapkan. Misalnya, saat ibu mengatakan ”sayur”, anak mengulang perkataan ibu dengan mengucap ”sayul”, dan ibu sebaiknya membetulkan cara pengucapan anak, ”Saaaa yuuuurrrr”. Anak tentu mencoba lagi mengulang apa yang diucapakan ibu meskipun mungkin tetap salah.

Yang terpenting bukan apakah yang diucapkan anak salah atau benar, melainkan anak sudah mencoba dan mengetahui ”kebenaran” dari yang ibu katakan. Kalaupun masih salah, itu mungkin karena otot motorik anak yang belum sempurna atau ada penyebab lain.

Pada expansion, anak memberikan respons dari kata atau kalimat yang diucapkan lawan bicaranya, serta mengungkapkan ide atau isi hatinya. Anak menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan perbendaharaan kata yang sudah dimiliki, tidak sekadar menjawab dengan tatapan, lambaian tangan, atau anggukan saja.

Jika anak lebih lama berinteraksi dengan gawai dibandingkan orang di sekitarnya, maka recasting dan expansion tidak terjadi dan perkembangan komunikasi anak akan terhambat. Hal ini karena anak tidak belajar berkomunikasi dua arah, tetapi hanya satu arah saja.

Dampak lain yang mungkin dialami anak adalah keterlambatan bicara atau speech delay. Tentu saja bukan gawai yang menjadi penyebab keterlambatan bicara anak, melainkan waktu yang digunakan terlalu lama yang memengaruhi anak dalam belajar berkomunikasi.

Sebaliknya, gawai jika digunakan dengan bijak justru dapat menjadi media belajar anak. Misalnya, pada anak dengan gangguan autisme yang terhambat konsentrasinya, dengan menonton tayangan atau main game di gawai mereka jadi lebih mudah belajar untuk fokus.

Dr Catharine M Sambo SpA dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016) memberikan panduan pencegahan terlambat bicara pada anak. Kuncinya adalah stimulasi perkembangan yang baik dan ketepatan waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan anak.

Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa seharusnya dilakukan sejak dini. Contoh kegiatannya adalah membaca dengan suara jelas, mengajak bayi dan anak bercakap–cakap, memberi respons terhadap ocehan bayi dengan kata–kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.

Selain itu, batasi screen time anak. Screen time adalah waktu untuk menggunakan komputer, menonton televisi, ataupun bermain video games. Berbagai ahli menganjurkan screen time tidak lebih dari dua jam setiap hari untuk anak yang berusia lebih dari dua tahun. Selain tidak sehat, waktu yang dihabiskan dengan menyendiri memandangi layar gawai lebih baik digunakan untuk bergaul dengan teman sebaya ataupun melakukan aktivitias fisik.

Anak-anak bermain layang-layang ditanggul Sungai Juwana, Pati, Jateng  beberapa waktu lalu / Dok. Clakclik.com

Komunikasi adalah perilaku di mana pembicara dan pendengar bertukar informasi melalui dialog. Sementara itu, arus informasi di gawai hanya satu arah sehingga gawai tidak sesuai sebagai sarana komunikasi bagi anak yang sedang belajar berbicara.

Selain itu, ilustrasi atau gambar pada gawai merupakan rangsangan visual cepat yang melibatkan perubahan obyek setiap menit, hal ini tidak membantu perkembangan kognitif pada anak, apabila dibandingkan dengan aktivitas menggambar. Selain itu, anak yang terlalu sering menggunakan gawai akan memiliki kuantitas dan kualitas interaksi dengan orang lain yang kurang.

Peringatan bagi orangtua

Faktor yang menyebabkan gangguan perkembangan bicara sangat kompleks dan belum teridentifikasi secara jelas, mungkin terkait pola asuh, jenis kelamin, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Beberapa penelitian tentang dampak penggunaan gawai dalam perkembangan bicara pada anak balita dapat menjadi peringatan penting bagi orangtua untuk bijak dalam menggunakan gawai.

Yulsyofriend, Anggraini, Yeni, dan Anwar (2021) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, Surabaya, melaporkan penelitiannya yang berjudul ”Dampak Gawai terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini”. Penggunaan gawai berdampak terhadap keterlambatan berbicara pada anak, hal ini disebabkan gawai menghambat komunikasi langsung terhadap lingkungan sekitar.

Laporan pada Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul ”Pengaruh Gawai bagi Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini” (Suryaningsih, 2021), juga menyebutkan, pengaruh gawai bagi kemampuan bahasa anak usia dini, terutama di masa pandemi Covid-19.

Pembelajaran sekolah pada masa pandemi Covid-19 mengharuskan anak menggunakan gawai. Subyek penelitian sebanyak 25 anak usia 4-6 tahun yang menggunakan gawai untuk pembelajaran kelas online, melihat video pembelajaran dari guru, dan melihat Youtube dengan durasi 2-4 jam per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai sangat membantu perkembangan bahasa pada anak usia dini dengan dampingan orangtua yang mengarahkan serta membatasi penggunaan gawai dalam sehari maksimal tiga jam.

Laporan lain berjudul ”Hubungan Penggunaan Gawai dengan Keterlambatan Bahasa pada Anak” ditulis oleh Fernandez dan Lestari pada jurnal ilmiah Sari Pediatri Vol 21, No 4 (2019). Saat menggunakan gawai, teknologi yang dapat menyebabkan ketergantungan penggunanya, anak menjadi kurang interaktif dan komunikatif. Hal ini menyebabkan anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa.

Penelitian pada anak berusia 15-36 bulan di Manado, Sulawesi Utara, pada Februari hingga April 2018. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan gawai lebih dari dua jam dan keterlambatan bahasa (p=0,034), sementara tidak ada hubungan bermakna antara frekuensi penggunaan gawai lebih dari dua hari per minggu dan keterlambatan bahasa (p=0,144).

Gawai sangat berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak karena anak menjadi lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain gawai dibandingkan bermain bersama dengan teman-teman sebayanya. Namun, tetap ada dampak positif gawai bagi anak. Misalnya memudahkan belajar keterampilan baru dari game edukatif, mengakses informasi, baik dari teks maupun berbagai video, asalkan tidak lebih dari tiga jam sehari pada anak lebih dari empat tahun.

Fx Wikan Indrarto, Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Panti Rapih; Lektor di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta; Alumnus S-3 UGM

di-copy paste oleh Clakclik.com dari https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/14/gawai-dan-kemampuan-bicara-pada-anak untuk kepentingan literasi publik.

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.