25
Thu, Apr

Batik Lasem; Akulturasi Mataraman, Pesisiran dan Cina

Ilustrasi/asenwadesign.com

Wisata
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com—Di pesisisr utara Jawa Tengah, tepatnya di Lasem; sebuah kota kecamatan di Kabupaten Rembang, kita akan menjumpai sisa-sisa peninggalan masa lalu yang masih tetap hidup hingga hari ini. Jantungnya tetap berdenyut di tengah gempuran jaman yang seolah tak kenal ampun. Semangat untuk bertahan itu antara lain bisa kita temukan dalam selembar kain batik.

Batik Lasem, dengan kekhasannya, kisahnya berawal tujuh abad silam. Tatkala Laksamana Cheng Ho dengan ekspedisinya mendarat di Jawa pada 1413. Seperti ditulis dalam Babad Lasem karya Empu Santri Badra (1479), awak kapal Dhang Puhawang yang bernama Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih untuk menetap di Bonang; salah satu desa di Kecamatan Lasem. Rupanya mereka jatuh cinta dengan keindahan alam Jawa. Dari kreasi tangan mereka jualah lahir motif-motif batik yang khas.

Perjalanan panjang batik lasem juga menjadi bukti adanya akulturasi budaya Nusantara. Gaya batik mataram, ragam isian batik nuansa cina serta warna pesisiran menandakan bahwa kain batik merupakan symbol sebuah persatuan. Meski begitu, akar sejarah tanah leluhur tetaplah kuat dan kokoh.

Hingga saat ini, para pengusaha batik lasem tetap melestarikan warisan itu. dalam karya-karya batik lasem kekinian, kita juga masih bisa menjumpai motif batik dengan torehan aksara Cina. Aksara-aksara itu membawa do’a-do’a yang diharapkan dapat menjadi nilai positif bagi si penggunanya. Persatuan budaya yang harmonis dalam batik lasem, hingga kini masih dipertahankan.  

Sumber tulisan: Intisari, Desember 2014, hal 54-58 |Cut & Repro by Clakclik.com

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.