14
Sun, Sep

Peningkatan Mutu Guru Perlu Terus Dikuatkan

dok. Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 8 September 2025--Upaya pemerataan mutu guru di daerah tersendat karena belum ada standar terukur untuk program pengembangan dan pelatihan. Empat kompetensi guru, yakni pedagogi, profesional, kepribadian, dan sosial, masih dirumuskan secara normatif sehingga belum efektif menjadi acuan kebijakan.

Peneliti SMERU Research Institute, Rezanti Putri Pramana, mengatakan, semestinya pemerintah mendesain ekosistem yang mendukung guru bermutu. Ekosistem ini termasuk infrastruktur agar guru bisa optimal dalam mengajar anak-anak bangsa.

Namun, karena definisi guru bermutu dalam UU Guru dan Dosen dengan empat kompetensi masih sangat normatif, pelatihan dan pengembangan guru belum mampu menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan kemampuan tiap guru di daerah.

”Padahal, kompetensi yang jelas yang diharapkan bagi guru bermutu jadi poros pelatihan dan pengembangan. Desainnya bisa menyesuaikan dari hasil pemetaan, mana yang lebih dikuatkan dari empat kompetensi yang diharapkan,” kata Rezanti, Minggu (7/9/2025),

Akibat belum ada standar mutu guru yang dapat diukur secara jelas, lanjut Rezanti, muncul kebingungan dalam mendesain pelatihan dan pengembangan mutu guru. Ia menegaskan sulit merancang intervensi jenjang pelatihan sesuai kebutuhan guru jika hal mendasar seperti ini belum ada. Guru di wilayah dengan infrastruktur terbatas tentu memerlukan penguatan kompetensi pedagogi yang berbeda dengan guru di wilayah yang sudah lebih baik.

Direktur Program dan Kemitraan Indonesian Institute for Education Reform Eleazar Evan Moeljono menekankan, kepemimpinan guru di ruang kelas dan sekolah memiliki kekuatan dan pengaruh pada peserta didik untuk menjadi generasi penerus bangsa yang mumpuni.  Sayangnya, kekuatan dan pengaruh guru direduksi, terutama karena pendidikan lebih dominan didekati dengan kepentingan politik yang terus berganti-ganti sesuai rezim berkuasa.

Eleazar mengajak para guru untuk mengingat kembali kekuatan yang mereka miliki, terutama saat berada di ruang kelas. ”Kita ingin membantu guru agar berdaya di ruang kelas, apa pun yang terjadi di pemerintah dan politik,” ujarnya.

Menurut dia, guru punya kendali penuh untuk memberdayakan anak-anak didiknya. Selain itu, dukungan masyarakat semakin dibutuhkan di tengah kondisi pemerintah yang rendah komitmennya.

Salah satu gerakan akar rumput yang mendukung para guru, kata Eleazar, dilakukannya lewat gerakan Pitulung. Kegiatannya dengan menggalang dana untuk membantu guru-guru mendapat penghasilan layak, termasuk mengajak relawan untuk membantu guru dalam pengajaran yang berkualitas dan bermakna.

Menurut Eleazar, saat ini sedang dilakukan penelitian tentang bagaimana guru menerapkan berpikir kritis di kelas. Selama ini, guru di Indonesia umumnya masih mengajar dengan fokus pada pertanyaan faktual atau hafalan. Padahal, pendidikan seharusnya sudah masuk pada pertanyaan konseptual (mengapa) dan bahkan pertanyaan debat (debatable questions) yang memungkinkan jawaban bebas.

Oleh karena itu, para guru pun perlu dibantu supaya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan demikian, para guru tidak tergantung pada ada atau tidaknya program pelatihan pemerintah. Sebab, mereka akan terus belajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang kian terbuka.(c-hu)

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.