26
Fri, Apr

4 Teknologi Konservasi Air Tanah untuk Mengantisipasi Musim Kemarau

Ilustrasi/Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Kurangnya ketersediaan air berdampak gagal panen. Keadaan kelangkaan air biasa terjadi terutama di lahan kering yang 100% mengandalkan air hujan bagi kelangsungan hidup tanamannya.

Salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan konservasi air tanah.
Konservasi air adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melestarikan sumber daya air. Pada kondisi lahan kering atau ketika memasuki musim kemarau, maka sumber air yang terdapat di dalam tanah harus bisa dikonservasi dengan sebaik-baiknya.

Beberapa teknologi konservasi air tanah yang bisa dipraktekan oleh petani antara lain membuat saluran resapan, rorak, mulsa vertikal dan embung.

1.    Saluran Resapan
Saluran resapan merupakan salah satu teknologi konservasi air tanah yang berfungsi untuk menampung air hujan dan juga meningkatkan daya resap air tanah. Cara pembuatan saluran resapan ini dilakukan dengan membuat bedengan dengan lebar 30-40 cm dan kedalaman 40-50 cm.

Untuk menjaga kestabilan tanah, maka perlu ditanam beberapa jenis gulma pada bagian dasarnya, seperti tanaman merambat, rumput, legum, atau tanaman pangkas sisa panen. Tujuannya untuk menahan air.

Keunggulan dari teknologi saluran resapan ini adalah kemampuan meresap air yang sangat tinggi serta bisa digunakan untuk tanah-tanah yang dangkal.

2.    Rorak

Rorak merupakan suatu lubang berukuran kecil sampai sedang yang dibuat di dalam lubang resapan. Fungsi dari rorak adalah untuk memperlambat laju aliran air ke permukaan, meningkatkan efektivitas saluran resapan, dan menampung air yang mengalir ke permukaan ke dalam tanah.

Untuk memaksimalkan fungsinya, rorak biasa dibuat bersamaan dengan proses pengolahan tanah untuk penanaman. Ketika air hujan turun, maka air otomatis akan tersimpan di dalam rorak dan tidak terbuang sia-sia.

3.    Mulsa Vertikal

Mulsa vertikal sejatinya termasuk ke dalam jenis rorak. Bedanya, jika rorak murni dibuat dengan model lubang resapan, maka mulsa vertikal merupakaan penggabungan rorak dengan mulsa. Fungsi penambahan mulsa atau serasah pada rorak ini adalah untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyerap sedimen.

Untuk pembuatannya, dapat disesuaikan dengan ukuran lahan. Lebarnya berkisar antara 0,40-0,60 m sedangkan kedalamannya 0,30-0,50 m. Jarak antara mulsa vertikal yaitu 3-5 m. Menurut Noeralam, 2002, keuntungan dari pembuatan mulsa vertikal ini dapat mengurangi erosi tanah hingga 94%.

4.    Embung

Embung merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk memanen air hujan. Selain itu, embung juga bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas air tanah. Dengan adanya bangunan embung, maka para petani tidak lagi khawatir dengan pasokan air selama musim kemarau.

Untuk membuat embung, hendaknya dilakukan di lahan yang cukup luas. Hal ini dilakukan agar air yang tertampung menjadi lebih banyak. Kedalaman embung yang direkomendasikan adalah 4-10 m. Jika ingin dilapisi oleh plastik, maka permukaan embung harus diratakan terlebih dahulu.

Ketika membuat embung, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah membuat saluran pembuangan air di sekitarnya. Fungsi dari saluran ini adalah untuk membuang kelebihan air. Beberapa jenis bahan yang diperlukan untuk membuat bangunan embung antara lain batu bata, plastik polyethilen, semen, dan juga pasir.

Hadirnya musim kemarau terkadang membuat petani kesulitan terutama karena kurangnya ni pasokan air yang tersedia. Oleh karena itu, mempersiapkan solusi untuk segala kondisi buruk yang terjadi selama musim kemarau, sangatlah penting.

Dengan memanfaatkan berbagai teknologi konservasi air tanah ini selama musim hujan, diharapkan berbagai permasalahan akibat kurangnya pasokan air selama musim kemarau dapat teratasi dengan baik. (paktanidigital.com)



Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.