19
Sun, May

Musim Pancaroba, Waspadai Puting Beliung

Ilustrasi / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Clakclik.com, 25 Oktober 2020—Memasuki pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan atau yang biasa disebut musim pancaroba, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terjadinya angin putting beliung.

Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, puting beliung merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.

Puting beliung berpotensi melanda suatu wilayah pada masa transisi atau pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya.

Sesuai definisi, puting beliung merupakan angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai, keluar dari awan Cumulonimbus (CB) dan terjadi di daratan. Jika terjadi di laut, dinamakan water spout.

”Namun, tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena puting beliung. Ada kondisi tertentu, seperti kondisi ketika labilitas atmosfer melebihi batas tertentu yang mengindikasikan udara sangat tidak stabil,” kata Hary melalui pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (24/10/2020).

Fenomena angin puting beliung juga terjadi dalam waktu singkat atau kurang dari 10 menit. Luasannya bersifat lokal dengan cakupan 5-10 kilometer.

Berdasarkan data BMKG, puncak curah hujan di Indonesia baru akan terjadi pada November 2020 hingga Maret 2021.

Meski begitu, puncak curah hujan di sejumlah daerah di Indonesia berbeda-beda. Misalnya, di Sumatera, diperkirakan puncak curah hujan terjadi pada November 2020.

Sementara di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, umumnya puncak curah hujan diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2021. (c-hu)