19
Sun, May

Nyepi di Pulau Seribu Masjid

Ilustrasi / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 yang dirayakan umat Hindu di Mataram, Nusa Tenggara Barat, berlangsung hikmad. Toleransi umat beragama, terjaga dengan baik.

Laporan Langsung dari Kota Mataram, NTB (Minggu, 14/3/2021)

Toleransi dan kerukunan umat beragama di Pulau Seribu Masjid Lombok NTB ini, terlihat dari suasana Nyepi di Kota Mataram, yang juga banyak dihuni warga beragama Hindu. Perayaan ini juga berlangsung di tengah pandemi COVID-19.

Sejumlah perkampungan umat Hindu di wilayah Cakranegara, Mataram, yang menjadi perkampungan mayoritas umat Hindu Lombok, tampak lengang. Jalan-jalan ditutup, menggunakan palang kayu dan portal.

Situasi gang terlihat lengang di perkampungan Hindu di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, (Minggu 14/3/2021) / Clakclik.com

Begitu juga, gerbang masuk rumah warga, juga tertutup rapat. Pusat ekonomi seperti pasar dan pertokoan di sekitar perkampungan Hindu, juga ikut tutup sebagai wujud penghormatan dan menjaga toleransi antar umat beragama. Yang terlihat hanya pengaman banjar atau pecalang, berkeliling kampung menjaga keamanan banjar. Para pecalang ini, bertanggungjawab penuh terhadap gangguan keamanan, baik dari dalam maupun dari luar selama perayaan Nyepi berlangsung.

Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 ini, memang berbeda, karena di tengah pandemi. Para pecalang tidak bosan-bosannya memberikan himbauan kepada warga untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perayaan Nyepi. Termasuk patuh pada protokol kesehatan.

Bagi umat Hindu perayaan Nyepi adalah pembersihan diri dari hawa nafsu atau biasa disebut catur brata penyepian. Yaitu amati geni atau tidak menyalakan api. Amati karye atau tidak bekerja. Amati lelungan atau tidak tidak bepergian. Dan amati lelanguan atau bersenang-senang. Hal itu bertujuan untuk melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang widhi (Tuhan Yang Maha Esa). (c-hu)