19
Sun, May

Curah Hujan Rendah, Petani Pucakwangi Gelisah

Ilustrasi / Clakclik.com

Peristiwa
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pucakwangi, Clakclik.com—Para petani padi di Kecamatan Pucakwangi mulai gelisah. Pasalnya, tanaman padi yang rata-rata sudah berumur sebulan lebih mengalami kekurangan air. Dampaknya, pertumbuhan rumput gulma menjadi tidak terkendali. Selain itu, sebagian tanaman padi juga sudah mulai ada yang berubah warna menjadi cokelat mengering.

Hal ini disebabkan karena curah hujan di wilayah Pucakwangi masih sangat rendah. “Selain masih jarang, hujan biasanya hanya sebentar, tidak deras dan tidak merata. Masih belum mampu mengairi tanaman padi,” Kata Sunardi, Petani Desa Pelemgede.

Padahal, menurut dia, pada saat turun hujan beberapa waktu lalu, para petani sudah dengan cepat menyemprot obat pengendali rumput gulma di lahan yang sudah tumbuh tanaman padinya.

Selain tidak terkendalinya pertumbuhan rumput gulma, akibat dari rendahnya curah hujan, para petani juga enggan melakukan pemupukan terhadap tanaman padinya. Mereka khawatir jika tanaman padi dengan lahan yang masih kering tidak berair di pupuk, justru tanamannya akan mati.

Saat Clakclik.com observasi di beberapa toko pengecer pupuk, terlihat stok pupuk menumpuk. Para pengecer mengaku masih jarang petani yang datang ke toko mereka untuk menebus pupuk.

Situasi yang terjadi saat ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi warga Pucakwangi. Lahan pertanian tadah hujan membuat petani tidak berdaya menghadapi kenyataan alam.

Diperlukan terobosan dan ide-ide baru untuk membangun perubahan pertanian di Pucakwangi. Pemerintah melalui dinas terkait penting untuk melakukan terobosan dan pendampingan bagi petani Pucakwangi.

Jika tidak dilakukan, potensi hamparan lahan pertanian yang luas menjadi tidak produktif. Bertani di Pucakwangi lebih banyak mengalami kerugian daripada keuntungan. Semakin lama, budi daya pertanian berpeluang ditinggalkan masyarakat. (c-hu)